Selasa, 01 Mei 2012

Negeri ini Kaya Raya, Tapi Kenapa Rakyatnya Masih "Miskin"?

Posted by Akbar On 11.33 No comments

“Indonesia tanah air beta, pusaka abadi nan jaya, Indonesia sejak dulu kala, slalu di puja-puja bangsa…
 
Sepenggal lirik lagu Indonesia Pusaka karya Ismail Marzuki tersebut selalu dinyanyikan di sekolah-sekolah saat zaman orde baru, termasuk pada saat saya masih SD. Sampai sekarang pun saya terkadang tergetar setiap kali mendengarkan lagu itu dinyanyikan.

Nyanyian tersebut selalu menggelorakan semangat kecintaan kita pada tanah air Indonesia. Entah kenapa, rasa kecintaan pada tanah air sudah terkikis sangat parah pada diri masyarakat kita saat ini, termasuk pemerintah dan para anggota dewan yang terhormat.

Padahal sebenarnya, negeri ini teramat sangat kaya raya, dan berpotensi menjadi negara makmur.  Komponen utama negara makmur adalah rakyatnya berkecukupan atas pangan, sandang dan papan.
Nyatanya… Indonesia yang belum dapat memenuhi sendiri produksi kebutuhan pangan, bila tidak mau disebut miskin harta, mungkin Indonesia masih miskin intelektual dan moral.

Contoh ketidak mampuan Indonesia dan rakyatnya dalam memproduksi kebutuhan dasar adalah dengan masih diimpor-nya 53% garam, 60% kedelai, 30% daging dan 70% susu. Dan yang lebih ironis lagi, dengan konsumsi  beras per kapita sebesar 140kg per tahun, Indonesia masih mengimpor beras. Sangat jauh apabila dibandingkan dengan India yang harus memberikan makan pada 1,21 miliar rakyatnya, tetapi mereka masih sanggup untuk mengekspor beras sejumlah 4,5 juta ton pada tahun lalu.

Indonesia, sebenarnya sangat kaya akan komoditas teh, karet, kelapa, padi, kopi, tembakau, tebu dan tanaman palawija. Bagaimana dengan kekayaan alam pertambangan? Merujuk pada data US Geological Survei pada  2006, cadangan tembaga Indonesia sebesar 38.000 metrik ton (terbesar ke-8 dunia), nikel 13 juta  metrik ton (terbesar ke-4 dunia), emas (terbesar ke-8 dunia), dan timah (terbesar ke-6 dunia) . Freeport, milik  Freeport McMoran Copper & Gold Inc AS, merupakan pemain tambang tembaga dan emas terbesar di Indonesia yang mampu memproduksi tembaga ke-2 terbesar di dunia dan emas ke-6 terbesar di dunia. Adapun untuk nikel, dengan PT Inco sebagai perusahaan nikel terbesar di Indonesia (58,7% milik Vale Canada Ltd dan 20.1% milik Sumitomo Metal Mining Co  Ltd (Jepang), posisi Indonesia merupakan produsen peringkat ke-4 dunia. Adapun kekayaan tambang Indonesia yang terkait dengan energi, Indonesia menduduki peringkat pertama pada kekayaan sumber energi panas bumi, dengan memiliki kemampuan membangkit sebesar 27.000 MW, atau setara dengan mengkonsumsi 12,15 miliar minyak.

Namun, saat ini baru terdapat tujuh PLTP dengan kapasitas terpasang 1.189 MW yang sudah beroperasi. Dengan semakin sedikitnya produksi minyak nasional (Indonesia berada di peringkat  28 dunia, dibawah Vietnam), maka peran batu bara sebagai sumber energi nasional meningkat pamornya. Untuk batu bara, proven reserve Indonesia berada di peringkat 15 dunia, dan berada di peringkat 8 untuk jumlah produksi bagi kebutuhan lokal & ekspor. Akan halnya gas alam yang saat ini tengah didorong oleh pemerintah untuk mensubstitusi ketergantungan pada minyak, proven reserve yang ada di Indonesia menduduki peringkat ke 15 dunia.

Melihat keroposnya kondisi fondasi kemakmuran Indonesia, semua orang berlomba-lomba melimpahkan kesalahan pada administrasi pimpinan (sejak VOC sampai Presiden Susilo Bambang Yudhoyono). Mungkin saat ini, pidato Presiden John F. Kennedy dari USA bisa diingatkan kembali: 

“…..ask not what your country can do for you – ask what you can do for your country. My fellow citizens of the world: ask not what America will do for you, but what together we can do for the freedom of man.”

Kebanyakan masyarakat menilai Indonesia ini terbang sendiri dengan ‘auto pilot’. Namun seluruh ekonom diluar pro-pemerintah, sepakat bahwa administrasi Pemerintahan SBY tidak sensitif dalam memperbaiki kesenjangan kaya-miskin, dan program pemerintah hanya menitik beratkan pada program ‘pencitraan’.

Ketika abad 16, kapitalis negara di Belanda berkolaborasi dengan kapitalis pedagang (melalui VOC) menjalankan ekonomi menggunakan kekuatan senjata, saat ini kapitalis korporasi menjalankan ekonomi menggunakan kekuatan modal (dengan dukungan ‘fiat money’).

Indonesia memang kaya, tapi kenapa kemakmuran tak juga menyapa kita? Bila merujuk pada pasal 33 UUD 1945 bahwa bumi, air, dan kekayaan alam yang ada di dalamnya adalah untuk sebesar-besarnya kemakmuran rakyat, maka bisakah disebutkan bahwa pemerintah sudah mengkhianati amanat UUD 1945? Wallahu a’lam. 

(sumber : Tulisan Khas Arif Pitoyo, 2012)

0 Coment:

Posting Komentar

You can replace this text by going to "Layout" and then "Page Elements" section. Edit " About "

Akbar de Nayaka. Diberdayakan oleh Blogger.